Pada Mei 2025, Skype secara resmi tutup. Setelah hampir 22 tahun melayani jutaan pengguna di seluruh dunia, platform layanan komunikasi digital ini undur diri.
Microsoft mengumumkan keputusan penutupan Skype secara resmi. Menurut keterangannya, Skype ditutup karena bagian dari strategi layanan komunikasi digitalnya. Ke depannya, Microsoft akan fokus mengembangkan Microsoft Teams.
Meski peralihan ini tampak mulus secara teknis, ada satu pertanyaan penting yang layak menjadi perhatian: ke mana perginya data pribadi pengguna Skype?
Source: freepik/freepik
Untuk pengguna Skype jangan khawatir, Microsoft telah menyediakan fitur untuk perpindahan data-data vital dari Skype ke Microsoft Teams. Fitur seperti daftar kontak dan riwayat percakapan secara otomatis akan ditransfer ke platform baru.
Bagi mereka yang tidak ingin beralih ke Teams, Microsoft menyediakan alat ekspor data. Pengguna dapat mengunduh riwayat percakapan, kontak, serta informasi penting lainnya sebelum layanan resmi ditutup.
Microsoft beralasan jika penutupan Skype untuk penyederhanaan dan pemfokusan layanan digital mereka. Oleh karenanya, Microsoft Teams menjadi salah satu andalan Microsoft saat ini.
Dalam konteks keamanan siber, penutupan platform digital seperti Skype menimbulkan sejumlah risiko terhadap data pribadi pengguna. Tak ayal, sering muncul pertanyaan: ke mana perginya data pribadi saat sebuah platform tutup?
Secara umum, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi terhadap data setelah sebuah layanan ditutup:
Data privasi pengguna biasanya akan dihapus setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan retensi data perusahaan.
Setelah penutupan, akses pengguna terhadap datanya bisa hilang sama sekali. Jika pengguna tidak mengekspor datanya terlebih dahulu, maka informasi tersebut bisa lenyap tanpa jejak.
Dalam kasus yang lebih ekstrem, jika sebuah platform tidak memiliki kebijakan yang jelas atau jika ditutup mendadak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, data bisa saja disalahgunakan, dijual, atau digunakan untuk kepentingan lain tanpa persetujuan pemiliknya.
Di bawah regulasi seperti GDPR (General Data Protection Regulation), data yang tidak lagi diperlukan harus dihapus. Namun implementasinya bergantung pada transparansi dan kesiapan perusahaan dalam mematuhi aturan ini.
Untuk mencegah data privasi disalahgunakan saat platform tutup, pengguna perlu melakukan langkah-langkah preventif. Salah satunya adalah ekspor data sejak dini. Sebaiknya pengguna mengunduh seluruh data penting sebelum tenggat waktu penghapusan platform tiba.
Setelahnya, pengguna disarankan disimpan di lokasi yang terenkripsi, baik itu hard drive eksternal maupun penyimpanan cloud yang terpercaya.
Penutupan Skype menjadi pengingat bahwa perubahan teknologi adalah keniscayaan. Namun, risiko keamanan dan privasi tidak akan berpindah hanya karena platform berpindah. Justru, setiap transisi membuka peluang bagi kebocoran data atau human error—terutama jika individu dan organisasi belum dibekali dengan kesadaran serta keterampilan yang memadai dalam mengelola data digital.
Pelatihan keamanan siber kini bukan lagi sekadar kebutuhan teknis, melainkan bagian dari kesiapan digital secara menyeluruh. Karyawan dan organisasi harus memahami cara mengekspor, menyimpan, dan menghapus data secara aman, serta mengenali potensi ancaman saat menggunakan platform baru.
VELSICURO CYBER-RANGES™ hadir untuk membantu organisasi Anda menghadapi tantangan keamanan siber di tengah perubahan teknologi yang cepat.
✔️ Hands-on Simulation
✔️ Cyberdrilling
✔️ 900+ Scenarios
✔️ Real Simulation
✔️ Real Expert
Konsultasi gratis tentang pelatihan cyber security di velsicuro.com, hub@velsicuro.co.id, atau klik di sini.
Need Any Technology Solution